Siapa yang tidak kenal Albert Einstein, ilmuwan yang lahir di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kerajaan Jerman, 14 Maret 1879
– ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar
dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak
menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan
kosmologi serta dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun
1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan “pengabdiannya
bagi Fisika Teoretis”.
Dibalik
kejeniusan seorang Eintein tentunya tidak terlepas dari otak yang
berbeda dengan otak orang – orang pada umumnya. Oleh karena itu para
peneliti berusaha menguak rahasia dibalik kejeniusan Einstein.
Pada pertengahan 80-an, Dr. Diamond mantan kepala
Lawrence Hall of Science di Universitas California Berkeley mendapat
kehormatan untuk membedah dan mempelajari otak Albert Einstein. Dr
Diamond menggunakan petunjuk dari kata kata Einstein sendiri, Einstein
pernah berkata bahwa ketika ia tenggelam dalam pikirannya , kata - kata
tidak pernah bermain dalam renungan batinnya. Bahkan menurutnya pikiran-
pikirannya adalah kombinasi dari “tanda-tanda tertentu dan
gambar-gambar yang kurang lebih
jelas”. Dengan kata lain, pikiran Einstein yang paling produktif
dihasilkan dari fungsi kognitif yang terkait secara fisual dan sangat
abstrak.
Karena
itu Dr.Diamond memutuskan untuk memusatkan studinya pada bagian khusus
otak Einstein yang terkait erat dengan pencitraan dan pemikiran
abstraknya: lobus prefrontal superior dan lobus parietal inferior.
Waktu
mempelajari otak Einstein, Dr. Diamond juga membandingkan dengan
sebelas otak manusia lainnya yang secara intelektual dinilai rata-rata
dan meninggal pada usia yang relatif sama dengan Einstein, 76 tahun.
Apa
yang ditemukan Dr. Diamond adalah bahwa secara fisik tidak terdapat
pebedaan yang berarti antara otak Einstein dengan sebelas otak lainnya,
dengan satu pengecualian yang sangat menarik.
Bagian yang menarik itu adalah kenyataan bahwa pada satu daerah pada
otak Einstein, terdapat sejenis sel tertentu yang berjumlah sangat
banyak. Daerah tersebut disebut dengan Area 39, terletak pada lobus parietal inferior ( bagian dari neokarteks yang terletak di sebelah atas belakang otak kita ).
Jelaslah
bagi Dr. Diamond bahwa Einstein memiliki Area 39 yang sangat
berkembang. Dia dan para peneliti lainnya percaya bahwa area 39 adalah
situs yang paling canggih dan paling berkembang (highly evolved)
dalam otak kita. Jika ada kerusakan pada bagian ini, orang akan
mengalami kesulitan dalam pencitraan abstrak, mengingat, perhatian dan
kesadaran diri. Secara garis besar mereka akan kesulitan dalam membaca,
mengenali huruf, mengeja atau menghitung. Mereka juga akan kesulitan
dalam menyatupadukan masukan yang diperoleh melalui penglihatan,
pendengaran atau perbuatan. Pendeknya, bila area 39 ini rusak orang akan
kehilangan banyak potensi intelektualnya.
Sel
spesial yang terdapat dengan jumlah yang sangat banyak pada area 39
otak Einstein ini adalah sel glian. Bagi Dr. Diamond, inilah temuannya
yang paling penting. Sel glian sebetulnya sangat umum terdapat dalam
otak. Bahkan glian adalah sel ”bagian rumah tangga” bukan “sel pemikir”.
Tugasnya adalah mendukung proses metabolisme neuron-neuron “pikiran”.
Einstein
memiliki sel pemeliharaan ini dalam jumlah yang sangat banyak, jauh
lebih banyak daripada sel “pemikir”. Bagi Dr. Diamond, ini berarti sel
“pemikir” pada Area 39 otak Einstein membutuhkan dukungan metabolis yang
sangat besar. Karena sel - sel itu melakukan pekerjaan yang teramat
berat yakni berpikir berat. Jumlah sel glian yang sangat banyak ini
secara signifikan memperbesar Area 39 otak Einstein.
Tampaknya,
Einstein mungkin dilahirkan dengan otak yang brillian, sangat kaya
dengan kecerdasan cair. Kecerdasan cair adalah ukuran efisiensi kerja
otak bukan ukuran jumlah fakta yang tarsimpan di dalamnya. Begitu juga,
kejeniusan Einstein tampaknya bukan saja hasil dari anugerah Tuhan
berupa kecerdasan cair yang ada di otaknya, tetapi juga adalah hasil
dari apa yang diperbuat Einstein terhadap otaknya. Ia telah berhasil
memaksimalkan bagian terpenting otaknya dengan melatihnya secara
mental.Ia adaah seorang “atlet mental” yang “berlatih keras” sepanjang
hidupnya.